Menteri Kesehatan Kongo, Eteni Longondo pada hari senin 1 Juni 2020 mengumumkan ada empat orang meninggal karena Ebola di Wangata, Mbandaka, Provinsi Equateur, Republik Demokratik Kongo. Ini merupakan ujian berat bagi Kongo yang juga tengah memerangi Covid-19 dan wabah campak terparah di dunia.
Ebola yang menyerang ini adalah outbreak ke 11 di negara tersebut, Ebola merupakan virus endemik Afrika yang pertama ditemukan pada 1976. Ebola salah satu penyakit yang sangat menular dan mematikan, Ebola menular ke manusia lewat kontak langsung dengan darah, sekresi, organ atau cairan tubuh lainnya di hewan yang sudah terinfeksi, Ebola datang dari kelelawar buah sebagai pembawa virus Ebola alami, selain kelelawar buah, hewan seperti simpanse, monyet, antelop, hingga landak porcupine bisa jadi perantara virus ini.
Selama virus Ebola ada didalam darah, masih ada kemungkinan menularkan penyakit ini ke orang lain, seperti melalui hubungan seksual, kontak langsung dengan benda yang sudah terkontaminasi seperti pakaian, handuk, atau sprei.
Gejala awal Ebola serupa dengan malaria, yaitu demam tinggi, nyeri otot, sakit kepala, dan radang tenggorokan. Pada kasus-kasus tertentu, bisa terjadi pendarahan internal dan eksternal. Sebenarnya yang mematikan bukan virusnya, melainkan sistem kekebalan tubuh manusia. Saat terinfeksi virus Ebola, imun tubuh bereaksi destruktif terhadap tubuh. Pembuluh darah menjadi lemah dan rentan bocor.
Virus ini menyerang interferon yang bertugas memberi sinyal bagi tubuh ketika ada ‘penyusup’ dalam tubuh. Ebola membajak proses pelaporan interferon ini dengan menempelkan protein sehingga messenger tak bisa masuk ke sel. Akibatnya, imun tubuh tidak menyadari ada ancaman Ebola, dan virus bebas berkeliaran menghancurkan tubuh. Kemudian, darah akan menekan keluar lewat pori-pori dan lubang lainnya di tubuh.
Bagi yang sudah sembuh sekalipun, virus Ebola masih mengendap di dalam mata, sistem saraf pusat, testis, plasenta bagi ibu hamil, hingga ASI bagi ibu menyusui.